Bantuan Hidup Dasar Pada Masyarakat Awam


Saya dr. Aryant Danfiliayoma Reak dalam rangka memenuhi tugas aktualisasi pelatihan dasar calon pegawai negeri sipil golongan III angkatan 61, maka saya mengangkat tema bantuan hidup dasar pada masyarakat awam. Mengapa hal ini penting untuk diketahui masyarakat ?

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Setiap tahunnya diperkirakan semakin banyak orang yang meninggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah jika dibandingkan dengan penyakit lainnya. Pada tahun 2004 WHO melakukan survei dimana diperkirakan sebanyak 17,1 juta orang meninggal (29,1 % dari jumlah kematian total) karena penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari kematian 17,1 juta orang tersebut diperkirakan 7,2 juta kematian disebabkan oleh penyakit jantung koroner.1 RISKESDAS nasional tahun 2018 menyebutkan prevalensi nasional penyakit jantung sebesar 1,5%, yang berarti 15 dari 1000 penduduk Indonesia memiliki penyakit jantung. Sementara RISKESDAS Kalimantan-Timur menyebutkan bahwa prevalensi penyakit jantung sebesar 1,9 % yang berarti 19 dari 1000 penduduk Kalimantan Timur memiliki penyakit jantung.2

Pihak pusat pengendalian pencegahan dan kontrol penyakit Amerika Serikat memperkirakan sekitar 330.000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner diluar rumah sakit. Di Indonesia angka kejadian henti jantung mendadak belum didapatkan. Ketika menyaksikan kejadian henti jantung mendadak maka harus segera dilakukan tindakan berkesinambungan untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Bantuan hidup jantung dasar terhadap kaum awam serta ketersediaan alat automated external defibrillator sangat penting dalam keberhasilan tatalaksana. Keberhasilan kejut jantung menggunakan defibrilasi akan menurun antara 7-10% permenit sejak kejadian henti jantung, sehingga setiap menit yang terbuang sama dengan peluang nyawa yang hilang jika orang disekitar pasien tidak melakukan tindakan bantuan hidup dasar. Tindakan bantuan hidup jantung dasar secara garis besar dikondisikan untuk keadaan di luar rumah sakit sebelum mendapat perawatan lebih lanjut, sehingga tindakan bantuan hidup jantung dasar dapat dilakukan diluar rumah sakit tanpa menggunakan peralatan medis dan dapat dilakukan orang awam .1

Rantai Kelangsungan hidup diluar rumah sakit (OHCA = Out Hospital Cardiac Arrest) memiliki 5 komponen utama yaitu :

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah image-1.png
  1. Pengenalan Kejadian Henti Jantung dan Aktivasi sistem gawat darurat segera (Early Access).1

Bila menemui seseorang hilang kesadaran secara mendadak maka penolong harus menilai :

  • Respon penderita : penilaian dilakukan dengan cara menepuk-nepuk dan menggoyangkan penderita sambil memanggil penderita. Bila penderita tidak memberi respon segera aktivasi sistem gawat darurat dengan meminta tolong atau menghubungi sarana kesehatan.  Bila penolong hanya seorang diri carilah dahulu pertolongan.1
  • Memeriksa napas dan nadi. Pemeriksaan nadi dilakukan nadi karotis dengan memegang leher pasien menggunakan 2-3 jari yang kemudian digeser kearah penolong. Penolong awam bisa tidak melakukan pemeriksaan denyut nadi dan langsung mengasumsikan terjadi henti jantung jika seseorang mendadak tidak sadarkan diri , tanpa respon dan tidak bernapas atau bernapas tidak normal.1

2. Resusitasi Jantung Paru Segera

  • Berikan kompresi didada setengah bagian bawah tulang sternum (tulang dada), letakkan salah satu tumit tangan dengan tangan lainnya ditumpangkan diatasnya di titik kompresi. Posisi lengan lurus dengan siku terkunci. Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali dengan kecepatan 100-120 x/ menit , kedalaman 5-6 cm. perbandingan kompresi dengan napas bantuan adalah 30:2 atau 30 kali kompresi dan 2 napas bantuan.1
  • Pembukaan jalan napas : Head tilt- chil lift maneuver yaitu posisikan telapak tangan pada dahi sambil mendorong dahi kebelakang kemudian jari tangan yang lain mengangkat dagu. Jangan lakukan teknik ini jika dicurigai trauma servikal (leher). Teknik yang digunakan pada keadaan curiga trauma servikal adalah jaw thrust maneuver yang hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan.1
  • Pemberian napas bantuan : bantuan ini diberikan pada semua korban yang tidak bernapas atau pernapasannya tidak memadai. Beberapa cara memberikan napas bantuan adalah  bantuan mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut ke sungkup mulut ke kantung napas buatan.1

3. Defibrilasi segera.

Pada henti jantung yang terjadi diluar rumah sakit dapat memberikan kejut listrik menggunakan automated external defibrilator ( AED ) jika alat tersebut tersedia. Tempelkan lembaran elektroda di bawah tulang belikat kanan dan lembaran ke dua di dada kiri samping bagian bawah. Pastikan tidak ada yang menyentuh korban selama alat menganalisa irama jantung . jika alat mendeteksi irama jantung yang perlu dilakukan kejut listrik maka alat akan memberikan instruksi atau alarm untuk menekan tombol shock, pastikan tidak ada yang menyentuk saat menekan tombol shock, namun jika alat tidak mendeteksi irama jantung yang memerlukan kejut listrik maka lanjutkan resusitasi jantung paru selama 2 menit tanpa menekan tombol shock. Alat akan menganalisa irama jantung setiap 2 menit. Jika terdapat tanda sirkulasi, letakkan penderita pada posisi mantap, awasi pernapasan kesadaran, dan nadi pasien, bawa ke fasilitas lebih lengkap dan AED masih terpasang.1

4. Perawatan Kardiovaskular lanjutan yang efektif.

5. Penanganan pasca henti jantung yang terintegrasi.

Beberapa pertimbangan khusus untuk kasus henti jantung pada pasien terduga atau positif COVID-19 yang terjadi diluar rumah sakit. Bergantung Kepada prevalensi lokal penyakit dan bukti persebaran di komunitas, adalah masuk akal untuk mencurigai adanya COVID-19 pada seluruh kasus henti jantung diluar rumah sakit.3

  • Kompresi dada

Penolong awam direkomendasikan melakukan RJP dengan tangan saja (hands-only CPR) ketika menemukan kasus henti jantung, jika bersedia dan mampu, terutama jika mereka tinggal dirumah yang sama dengan korban sehingga telah terpapar dengan korban sebelumnya. Masker wajah atau penutup kain diarea mulut dan hidung digunakan oleh penolong dan/ atau korban dapat menurunkan risiko penularan kepada orang sekitar yang tidak tinggal dirumah tersebut.3



  • Defibrilasi

Karena defibrilasi bukanlah prosedur yang menghasilkan aerosol, penolong awam dapat menggunakan automated external defibrillation (AED) jika ada untuk menolong korban henti jantung dirumah sakit.3



       Kini anda telah mengetahui cara mengenali kasus henti jantung mendadak dan apa yang perlu dilakukan ketika menemui kejadian tersebut diluar rumah sakit. Ingat setiap menit yang terbuang sama dengan peluang nyawa yang hilang.



Daftar Pustaka :

  1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Buku ajar kursus bantuan hidup jantung dasar. Ed 2020. Jakarta:PP PERKI;2020.
  2. Kementerian Kesehatan RI.Hasil utama RISKESDAS 2018[Internet]. 2018 [cited 12 JUL 2022]. Available from : https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
  3. Indonesian Heart association. Pedoman bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut pada dewasa , anak, dan neonatus terduga / positif covid 19 [internet].2019 [cited 1 AUG 2022]. https://inaheart.org/wp-content/uploads/2021/07/Pedoman_BHD_dan_BHJL_pada_Covid_19.pdf

dediarpandi

14 Comments

  1. Terima kasih banyak atas informasinya dokter.. sangat bermanfaat sekali.. sukses selalu dokter.. 🙏

  2. Penjelasannya mudah dimengerti
    Dan tentunya sangat bermanfaat bagi masyarakat awam

Tinggalkan Balasan ke Piter Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.